Wednesday, September 23, 2009

Obat Mujarab Yang Bernama Maaf

Memberi Makna Berbeda Pada Pengalaman Menyakitkan, Akan Memudahkan Kita Untuk Memaafkan


Dalam hidup kita sering dizalimi, punya pengalaman menyakitkan dan sulit memaafkan. Merasa sudah tetapi sulit melupakan. Sakitnya masih terasa, marah, kecewa, dendam, benci, terluka, sakit hati, perasaan bersalah, takut, cemas, khawatir dan lain-lain yang sering disebut dengan emosi negatif, akan muncul dan mengganggu hidup kita.

Menurut Adi.W.Gunawan, pakar hipnoterapi dan mind navigator, emosi muncul sebagai dasar pemaknaan.

Setiap kejadian adalah netral, tidak ada yang baik atau jelek. Semua tergantung pada makna yang kita berikan berdasarkan persepsi yang dipengaruhi sistem kepercayaan kita. Begitu makna diberikan , muncul emosi positif dan emosi negatif atau netral.

Sulit melupakan ? Wajar, sebab yang pernah kita alami tersimpan di memori, juga dipikiran bawah sadar . Untuk memaafkan dan bebas gangguan, kita harus menetralisir emosi negatif yang muncul. Memberikan pemaknaan baru pada kejadian menyakitkan , bisa meredam emosi ini.

Karena itu , emosi negatif harus dipadamkan dan hanya berhasil bila kita ikhlas. Kita harus bersedia melepaskan semua emosi negatif terkait dengan kejadian atau situasi tertentu, menggantikannya dengan emosi positif seperti. Caranya dengan memaafkan. Inilah terapi hati yang dahsyat efek penyembuhannya.

Sayangnya, kita hanya memaafkan pada level kognisi dan bukan level afeksi atau pikiran bawah sadar,” kata Adi.

Keimanan atau sistem kepercayaan kita, yang sudah terpatri dipikiran bawah sadar, bisa menjadi solusi. Dengan keimanan dan keikhlasan , kita bisa memaafkan dengan tuntas.

Maknailah, bahwa apapun yang kita alami , nikmat maupun azab, adalah kehendakNya. Bila kita dizalimi , apakah demikian kehendak Allah SWT ? Jangan pernah berpikiran seperti itu. Di balik semua itu, ada ujian , hikmah dan kasih sayang Allah. Bila orang yang menzalimi kita tidak merasa bersalah , tampak bahagia bahkan merasa sukses, biarkanlah hal itu menjadi urusan Allah.

Rejeki melimpah adalah cobaan. Kita diuji apakah mau berbagi rejeki kepada dhuafa. Dengan derita kita dicoba pula apakah menjadi kufur dan luntur keimanan. Bila kita lolos dari cobaan, derajat dan keimanan kita meningkat di sisi Allah.

Dalam Idul Fitri nanti, rendahkan hati kita untuk memberi dan memohon maaf kepada siapapun. Keikhlasan kita dalam memaafkan yang membuka lembaran hidup baru dengan melepas semua emosi negatif yang selama ini mengganggu hidup. Maafkanlah orang lain, tetapi yang lebih penting lagi, memaafkan dan menerima diri seutuhnya. (Sumber : Tulisan Danis Purwono pada Koran Tempo)

No comments:

Post a Comment